GEGAP GEMPITA CHICK DAY 2024

 

CHICK Day 2024, Sukses Digelar Dengan Meriah
(Foto : CR)

PT
Ceva Indonesia selaku salah leading company dalam bisnis kesehatan hewan
sukses melangsungkan acara tahunannya yakni CHICK DAY 2024. Terasa lebih spesial,
acara tersebut sekaligus merayakan 20 tahun kiprah Ceva di Indonesia.

CHICK
DAY 2024 berlangsung di Trembesi Hotel, BSD, Tangerang Selatan pada Rabu 12
Juni 2024 yang lalu. Dalam sambutannya Country Director PT Ceva Animal Health
Indonesia Drh Eddy Purwoko mengatakan bahwa CHICK DAY adalah event tahunan dimana Ceva mengapresiasi pelanggan serta berbagi perkembagan
teknologi dan inovasi baru di bidang perunggasan.

Tema yang diusung dalam
CHICK 2024 kali ini “Navigating the future hatchery vaccination solution
through sustainable innovations”. Sejalan dengan tema tersebut, Eddy menyatakan
kebanggaannya dapat menjadi partner bagi para stakeholder perunggasan
di Indonesia.

“Tidak terasa dimulai
sejak 2006 kami memperkenalkan konsep hatchery vaccination. Inovasi kami
tidak berhenti sampai disitu, kami juga berinovasi dalam efisiensi di hatchery
nantinya aka nada vaksinasi in ovo dan teknologi lain yang dapat
meningkatkan efisiensi,” tutur Eddy.

Inovasi Yang Efisien Nan
Ramah Lingkungan

Acara dibuka dengan talkshow
yang membahas mengenai inovasi berkelanjutan pada aspek vaksinasi di hatchery
dalam mendukung produktivitas flok. Dalam mencapai hal tersebut Dr Mustafa
Seckin Sandikli selaku Global Marketing Manager Ceva memaparkan secara ringkas.

“Industri perunggasan
yang baik harus dapat memberi dampak positif bagi aspek sosial, ekonomi, serta
lingkungan. Isu lingkungan beberapa waktu belakangan kerap kali dibicarakan, oleh
karenanya kami mendukung hal tersebut. Dimana kami menciptakan produk yang bermanfaat,
bagi hewan, manusia dan lingkungan,” tutur Mustafa.

Ia melanjutkan, bahwa
pengejawantahan dari inovasi dan Solusi yang ditawarkan oleh Ceva yakni melalui
produk dan teknologi yang mereka miliki. Produk vaksin dan equipment milik
Ceva sangat efisien sehingga berdampak besar dan menjadi game changer dalam
industry perunggasan.

“Yang menjadi nilai
tambah dari produk kami adalah efisiensi. Misalnya dalam hal vaksinasi, kami menawarkan
konsep Less is More yang mana dapat menyederhanakan program vaksinasi
pada ayam sehingga meminimalisir stress dan meningkatkan performanya,” tutur
Mustafa.

Sukses Mengendalikan
Penyakit Penting di Indonesia

Drh Ayatullah M Natsir selaku
Poultry Business Unit Manager PT Ceva Animal Health Indonesia menjabarkan
mengenai keadaan penyakit unggas di Indonesia dalam Talkshow sesi kedua.

Berdasarkan data yang
dihimpun oleh Ceva melalui program GPS-nya, ada 5 penyakit yang mendominasi
yakni CRD, CRD kompleks, IB, ND, dan koksidiosis. Kesemuanya masih sering
ditemui oleh tim Ceva di berbagai peternakan di penjuru nusantara.

“Infectious Bronchitis
(IB) misalnya, secara diam – diam ternyata kasusnya cukup banyak terjadi di
Indonesia baik di peternakan broiler komersil maupun breeding farm. Tentu
ini merupakan ancaman yang harus dihadapi oleh para peternak,” tutur Ayatullah.

Hal tersebut diamini
oleh Dr Marcelo Paniago karena IB merupakan kasus yang paling banyak dilaporkan
di Asia. Tentunya penyebaran IB semakin cepat pula karena karakteristik dari industry
perunggasan sendiri Dimana fasilitas produksi yang jaraknya terlalu dekat,
sehingga memudahkan penyebarannya. Selain itu Marcelo juga mengatakan bahwa IB
akan memperparah kondisi ayam yang terinfeksi AI dari jenis H9N2.

“Kita butuh strategi
yang cermat dalam program vaksinasi IB, Vaksinasi di hatchery menggunakan IB
Massachusett atau IB klasik tidak cukup memberikan proteksi untuk tantangan IB
yang ada saat ini di Indonesia yang meliputi beberapa serotipe,” tutur dia.

Selain itu kata
Marcelo diperlukan pendekatan heterolog yaitu pemberian vaksinasi IB
yang sifatnya broad
spectrum. Ceva saat ini memilik vaksin IB Massachusett dan
IB varian yaitu Cevac IBird® yang diaplikasikan di hatchery.

Penggunaan Cevac IBird® dan IB Massachusett bersamaan mampu
memberikan proteksi terhadap berbagai serotipe IB yang ada di indonesia. Cevac
IBird ® juga mampu mengurangi jumlah virus yang ada di lapangan, menurunkan
kematian dan meningkatkan FCR.

Lain IB lain ND, penyakit yang
masih menjadi momok bagi perunggasan sejak zaman baheula tersebut
nampaknya masih kerasan di Indonesia. Menurut Dr Mustafa Seckin, ada tiga hal
yang harus diaplikasikan secara apik untuk mengendalikan ND yakni biosekuriti,
vaksinasi, dan manajemen pemeliharaan.

Selain itu karakteristik virus ND
cukup menyulitkan karena pada saat dilakukan vaksinasi ada intervensi antara passive
immunity (Maternal Antibody) dengan vaksin konvensional yang menurunkan
kinerja dan efektivitas vaksin.

“Ceva sendiri sejak tahun 2018
sudah membuktikan bahwa Produk vaksinnya yakni Vectormune®
ND, vaksin vektor yang menggabungkan virus donor yaitu ND. Kemudian protein F
yang berasal dari donor disisipkan di virus vektor, yang menggunakan Herpes Virus Turkey (Marek) telah berhasil mengendalikan ND di Indonesia
sejak 2018,” tutur Mustafa.

Diperkuat
oleh data yang dibeberkan Ayatullah, Ceva pernah melakukan penelitian pada 5 ayam
yang memiliki antibodi maternal cukup tinggi, kecuali kelompok kelima semuanya
divaksinasi di hatchery. Kelompok pertama menggunakan ND killed genotipe VII
dan ND/IB live, kelompok kedua concentrated ND killed dan
ND/IB live, kelompok ketiga Vectormune® ND dan ND/IB live, serta kelompok
keempat ND/IB live.

Pada umur
25 hari diuji tantang dengan virus ND genotipe VII. Hasilnya kelompok
Vectormune® ND memberikan proteksi jauh lebih tinggi dibanding vaksin ND
killed, memberikan reaksi antibodi dan kekebalan lebih cepat.

Hal itu
disebabkan Vectormune® ND memiliki Cellular Mediated Immunity. Sehingga ketika
ayam terinfeksi ND, sel-selnya di dalam tubuh ayam dirusak maka virus yang
dikeluarkan dari tubuh ayam semakin berkurang sehingga mencegah shedding.

Selain IB
dan ND, Gumboro alias Infectious Bursal Disease (IBD) juga masih menjadi
ancaman karena seringkali bersfiat subklinis, hal tersebut disampaikan oleh Ayatullah.
Selain aspek agen penyebab, IBD juga kerap kali sulit dikendalikan karena karekteristik
vaksin yang ada di pasaran berbeda dan bisa dibilang “keras” untuk ayam. Ceva
sendiri memiliki vaksin IBD dengan teknologi immune complex yang bernama Transmune®.

“Tidak semua vaksin imun
kompleks itu sama. Masing-masing memberikan waktu proteksi yang berbeda-beda
dan Transmune® memiliki proteksi cukup cepat. Namun ketika menggunakan vaksin
yang memberikan klaim lebih cepat harus hati-hati terhadap keamanannya terutama
untuk ayam dengan antibodi maternal rendah,” ujar Ayatullah.

Vaksin
lainnya yang memberikan proteksi lebih cepat ternyata merusak bursa lebih
cepat. Tidak menguntungkan karena sel B yang ada di bursa akan rusak,
memberikan efek negatif pada penggunaan vaksin lainnya terutama vaksin ND.

Transmune®
mampu memberikan proteksi terhadap semua strain virus IBD yang ada di dunia.
Mampu memberikan kontrol terhadap sub klinis dan juga klinis dari IBD. Terbukti
aman ketika diberikan bersamaan dengan Vectormune® ND.

Tidak
berhenti sampai disitu, selain Transmune® Ceva juga telah mengeluarkan inovasi
produk terbaru dalam mengendalilan IBD yakni Nextmune® sejak 2023 yang lalu. Nextmune®
adalah vaksin beku imun kompleks IBD dari Strain Winterfield 2512
terikat dengan antibodi spesifik yang disebut Virus Protecting immunoglobulins
yang dapat dilakukan di hatchery dengan aplikasi in-ovo atau subkutan.

Beberapa keuntungan
yang didapat dengan menggunakan Nextmune® yakni melindungi ayam dari semua
strain IBD, mencegah tantangan dari siklus ke siklus, serta memutus shedding
virus di lapangan.

Dari segi
equipment inovasi Ceva juga tak kalah mumpuni. Disampaikan oleh Chalermchai Skulphuek
selaku Vaccination Services and equipment Manager Ceva Asia, bahwa vaksinasi di
hatchery telah membawa dampak yang signifikan di seluruh dunia.

“Lebih
efisien, ekonomis, keseragaman yang baik, serta memberikan kekebalan yang baik.
Hal ini yang makin membuat kami bersemangat berinovasi di sektor ini,”
tuturnya.

Kedepannya
menurut Chalermchai, teknologi vaksin in-ovo milik Ceva diharapkan bakal menjadi
masa depan dalam industry perunggasan yang efektif, efisien dan ramah
lingkungan. Ceva juga tak akan berhenti untuk menelurkan inovasi selanjutnya
dalam vaksinasi di hatchery.

Industri Perunggasan Berkelanjutan

Salah satu
narasumber yang hadir dalam CHICK Day 2024 yakni Prof Ali Agus, guru besar Fapet
UGM yang diwakili oleh Moh Sofi’ul Anam. Dalam pemaparannya ia menyebut industry
perunggasan sebagai industry penghasil protein hewani mayoritas di Indonesia.
Namun begitu masih banyak kendala di dalamnnya.

“Dari sisi
ekonomi, disparitas harga produksi dan harga jual masih menjadi isu. Dari segi
sosial, isu resistensi antimikroba juga disoroti, sedangkan dari sisi
lingkungan tak jarang terjadi konflik antara warga dengan peternakan ayam. Hal
ini hanya bisa diatasi apabila terjadi kolaborasi yang apik dari semua stakeholder,”
tuturnya.

Oleh
karenanya ia mengimbau kepada seluruh stakeholder perunggasan agar
menjalin Kerjasama yang apik dan saling menguntungkan, mengingat pentingnya
sektor ini dalam berkontribusi bagi negeri dalam menyumbang protein hewani
dalam membangun bangsa. (INF)
https://ouo.io/vV9017

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started